Model: Anak-anak Saya |
Saya tidak pernah melarang isteri saya bekerja kantoran. Saya juga tidak pernah memaksanya untuk membantu saya mencari nafkah. Saya bersyukur penghasilan saya sudah lebih dari cukup untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga kecil saya. Bersama isteri dan 4 orang anak yang terbilang masih kecil. Si sulung berusia 10 tahun, anak kedua berusia 7 tahun, yang ketiga masih berusia 4 tahun dan yang bungsu baru memasuki usia 7 bulan. Belakangan isteri saya ingin bekerja. Gayung bersambut, ia kemudian diterima bekerja di instansi pemerintahan. Bak buah simalakama, sebuah pilihan yang harus kami putuskan segera. Saat saya dan isteri berangkat ke kantor untuk bekerja lantas siapa yang menjaga dan mengasuh anak kami di rumah? Keputusan singkat dipilih. Mencari pengasuh anak infal.
Model: Nauzan |
Sampai anak bungsu kami Nauzan menginjak usia 6 bulan, seluruh tanggung jawab pengasuhan kami laksanakan berdua. Mulanya kami mau Nauzan diperlakukan sama dengan saudara-saudarinya yang lain. Dibesarkan dalam buaian tangan hangat ibunya. Menjadi saksi perkembangan mereka dari detik ke detik serta tidak mau kehilangan momen-momen berharga bersama mereka di rumah. Namun pasca isteri saya diterima bekerja, mau tidak mau saya harus memikirkan seseorang yang akan menjadi pengasuh Nauzan sekaligus menemani Rais selama saya dan isteri tidak berada di rumah. Sedangkan Lunar dan Nilam setiap pagi berangkat ke sekolah dan baru ada dirumah selepas pulang sekolah. Lunar, Nilam dan Rais tidak perlu memperoleh penjagaan khusus mengingat masing-masing dari mereka relatif sudah bisa mengurus diri mereka sendiri.
Saya tidak mungkin meminta bantuan kakek dan neneknya untuk menjaga dan mengasuh Nauzan. Disamping keduanya memiliki kesibukan sendiri, saya berpikir sudah saatnya mereka memanfaatkan waktu yang luang untuk banyak beristirahat. Biarlah mereka menikmati hari tuanya tanpa harus direpotkan lagi dengan tetek bengek mengurus anak kecil. Cukup saya saja yang pernah merepotkan mereka saat saya masih kecil dulu. Tak perlu harus diulangi lagi oleh anak-anak saya. Saya merasa belum seberapa membalas jasa-jasa mereka dan saya yakin sampai kapanpun tidak mungkin bisa membalasnya. Membahagiakan orang tua saja saya belum mampu, bagaimana mungkin saya tega memberi mereka beban baru menjaga dan mengasuh anak saya.
Tidak ada pilihan lain selain mencari pengasuh anak infal atau pengasuh sementara yaitu orang yang saya percaya bisa mengurus anak dengan baik sehingga kedepan saya tidak perlu khawatir meninggalkan anak saya bersamanya di rumah. Bisa bekerja dengan tenang tanpa direcoki oleh pikiran was-was keberadaan Nauzan di rumah. untuk urusan gaji saya yakin ia akan setuju. Meskipun demikian saya tetap berhati-hati memilih orang yang pantas untuk menjadi pengasuh anak infal.
Khusus di wilayah Labuan Bajo, mencari pengasuh anak infal tidak semudah mencari asisten rumah tangga. Jika asisten rumah tangga lebih aktif mencari tempat bekerja, sebaliknya pengasuh anak infal justru pengguna jasalah yang lebih proaktif mendekati mereka. Perbedaan lain, tidak semua asisten rumah tangga mampu berperan sebagai pengasuh anak. Asisten rumah tangga lebih identik dengan pekerjaan kasar seperti menyapu, mengepel, mencuci, menyetrika, melipat pakaian, berbelanja ke pasar dan memasak. Sebaliknya, sebagian besar pengasuh anak mampu berperan layaknya asisten rumah tangga. Pengasuh anak bekerja mengedepankan hati yang lembut, lunak, halus dan penuh kasih sayang.
Syarat utama memilih pengasuh anak yang baik untuk Nauzan, selain mereka memiliki pengalaman mengurus anak juga yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mereka mampu mengambil hati anak saya. Membuat anak saya merasa nyaman di dekatnya. Bagi pengasuh anak profesional, mengasuh anak majikan sama perlakuannya seperti mengasuh anak sendiri. Pola pengasuhan yang tidak pernah membedakan anak biologis sendiri atau bukan.
Didesak waktu yang semakin mepet karena isteri saya harus segera masuk kantor. Saya dan isteri bergerilya mencari informasi orang-orang yang berkenan menjaga dan mengasuh Nauzan di rumah. Saya bisa saja menitip Nauzan sementara di rumah bibinya. Namun karena jarak rumah yang cukup jauh, saya merasa kasihan melihat anak belia seumuran Nauzan diantar-jemput tiap hari.
Target kami pertama adalah seorang ibu muda yang pernah menjadi asisten rumah tangga di kediaman sahabat saya. Ia terpaksa berhenti bekerja disana karena kelelahan mengurus anak majikan sekaligus kerepotan mengurus rumah yang berukuran lumayan besar. Saat saya dan isteri menyambangi rumahnya di Kampung Tengah, ia sedang menonton TV. Isteri saya menyampaikan maksudnya dengan singkat. Ia menghargai tawaran kami namun tidak bisa menerimanya. Menurutnya, saat ini ia butuh banyak istirahat setelah beberapa waktu lalu mengalami keguguran. Kami mafhum dengan alasannya sembari turut prihatin dengan nasibnya.
Model: Nauzan |
Target kami pertama adalah seorang ibu muda yang pernah menjadi asisten rumah tangga di kediaman sahabat saya. Ia terpaksa berhenti bekerja disana karena kelelahan mengurus anak majikan sekaligus kerepotan mengurus rumah yang berukuran lumayan besar. Saat saya dan isteri menyambangi rumahnya di Kampung Tengah, ia sedang menonton TV. Isteri saya menyampaikan maksudnya dengan singkat. Ia menghargai tawaran kami namun tidak bisa menerimanya. Menurutnya, saat ini ia butuh banyak istirahat setelah beberapa waktu lalu mengalami keguguran. Kami mafhum dengan alasannya sembari turut prihatin dengan nasibnya.
Saya dan isteri kembali bergerak menemui seorang ibu di Kampung Air. Ia tinggal di sebuah rumah kost bersama sang suami. Hingga usia pernikahan menginjak lima tahun mereka belum juga dikarunia keturunan. Saat isteri saya meminta kesediaannya menjaga dan mengasuh Nauzan di rumah, isteri saya sempat melontarkan kalimat menggoda.
"Semoga dengan mengurus Nauzan, Tuhan segera menganugerahkan keturunan kepada ibu dan suami ". Ia tersenyum tipis lantas berbicara pelan. Dari mimik wajahnya ia nampak ragu memberi alasan.
"Kalau sekadar menjaga Nauzan di sini saya bersedia tapi kalau saya harus ke rumah ibu pagi-pagi mungkin saya tidak bisa. Saya harus menyiapkan makanan suami saya sebelum ia pulang dari pasar. Saat suami saya pulang dan mau makan siang, seluruhnya telah tersedia di meja makan". Sebuah jawaban kompleks yang tak perlu dibantah. Isteri saya mohon pamit. Di luar hujan baru saja berhenti.
Saya dan isteri melanjutkan pencarian berikutnya ke wilayah Sernaru. Sepelemparan batu dari rumah kami. Berniat menemui seorang ibu yang dulu pernah menjadi tetangga kami. Mereka pindah rumah karena pemilik tanah tempat mereka membangun rumah dahulu meminta mereka segera mengosongkan tanahnya. Katanya tanah tersebut akan dibangun kost-kost-an oleh pemiliknya. Namun hingga kini bangunan kost-kost-an belum juga terlihat bentuknya bahkan hanya sekadar pondasi juga belum nampak terpasang. Ibu itu tinggal bersama suaminya yang berprofesi sebagai tukang bangunan dan kedua anaknya yang sudah cukup besar. Ia menyambut hangat kedatangan kami. Tanpa basa-basi isteri saya langsung mengutarakan niatnya. Ia sungguh tertarik mendengarnya. Baru saja saya ingin meluapkan kesenangan, ibu itu kemudian berkata.
"Mohon maaf, andaikan ibu mengatakan ini dari kemarin saya pasti tidak akan berpikir dua kali lagi akan langsung menerimanya. Tapi baru tadi pagi tadi saya mengiyakan untuk bekerja di sebuah usaha laundry milik keluarga saya di Gorontalo". Untuk kesekian kalinya, saya melihat raut wajah isteri saya dinaungi kekecewaan.
Pencarian seorang pengasuh anak infal untuk sementara kami hentikan dahulu. Saya dan isteri pulang ke rumah untuk mengidentifikasi kembali orang-orang yang layak menjadi pengasuh Nauzan. Berharap besok nama-nama yang kami pikirkan bersedia menjadi pengasuh anak bungsuku. Di luar hujan kembali menyapa dengan intensitas yang lebih tinggi.
Pencarian seorang pengasuh anak infal untuk sementara kami hentikan dahulu. Saya dan isteri pulang ke rumah untuk mengidentifikasi kembali orang-orang yang layak menjadi pengasuh Nauzan. Berharap besok nama-nama yang kami pikirkan bersedia menjadi pengasuh anak bungsuku. Di luar hujan kembali menyapa dengan intensitas yang lebih tinggi.
Waktu untuk mencari pengasuh Nauzan tinggal sehari. Isteri saya harus segera masuk kantor. Berulang kali isteri saya ditelpon dari kantornya untuk segera melapor diri. Saya melihat isteri saya semakin gusar menghadapi situasi seperti ini. Tiba-tiba saja muncul di pikiran saya untuk menyuruh isteri saya agar mendekati isteri tukang ojek yang biasa mengantar Lunar dan Nilam ke sekolah saat saya berhalangan mengantar mereka. Rumah mereka sepenghisap rokok dari rumah saya. Persisnya tiga rumah di belakang rumah saya. Kelihatan jauh karena harus menyeberangi jembatan kecil dahulu sebelum sampai ke rumahnya. Isteri saya tak membuang kesempatan dengan menunda saran saya. Ia lekas ke rumah tukang ojek itu dengan hati penuh pengharapan.
Istri saya tidak begitu gembira saat ia kembali dari rumah tukang ojek itu. Menurut penuturan istri saya.
"Istri tukang ojek tersebut tidak bisa mengambil kesimpulan sendiri. Sebagai istri yang baik ia harus membicarakan hal ini dengan suaminya terlebih dahulu". Naluri kebijaksanaan seorang isteri yang patut diacungi dua jempol. Istri saya melanjutkan kalimatnya.
"Ia akan memberikan jawaban paling lambat besok pagi".
Matahari baru saja bersinar setelah beberapa hari menghilang. Maklum, akhir-akhir ini hujan terus turun melanda Kota Labuan Bajo dan sekitarnya. Menyisakan genangan air di jalan berlubang. Burung-burung menyambut gembira matahari yang bersinar lembut dengan kicauan yang merdu. Lunar dan Nilam sedang berkutat dengan sarapan pagi. Rais masih tidur nyenyak di kamar. Si bungsu Nauzan telah bangun dan digendong ibunya. Tiba-tiba pintu depan rumah diketuk orang dari luar. Pertanyaan menggelayut, siapa gerangan orang yang tidak ada kerjaan langsung bertamu pagi-pagi ke rumah orang lain. Isteri saya menuju rumah dan langsung membuka pintu. Rupanya Istri tukang ojek itu yang datang. Ia mengucap salam pada seisi rumah. belum sempat istri saya menjawab salamnya ia langsung berujar dengan senyum mengembang.
Matahari baru saja bersinar setelah beberapa hari menghilang. Maklum, akhir-akhir ini hujan terus turun melanda Kota Labuan Bajo dan sekitarnya. Menyisakan genangan air di jalan berlubang. Burung-burung menyambut gembira matahari yang bersinar lembut dengan kicauan yang merdu. Lunar dan Nilam sedang berkutat dengan sarapan pagi. Rais masih tidur nyenyak di kamar. Si bungsu Nauzan telah bangun dan digendong ibunya. Tiba-tiba pintu depan rumah diketuk orang dari luar. Pertanyaan menggelayut, siapa gerangan orang yang tidak ada kerjaan langsung bertamu pagi-pagi ke rumah orang lain. Isteri saya menuju rumah dan langsung membuka pintu. Rupanya Istri tukang ojek itu yang datang. Ia mengucap salam pada seisi rumah. belum sempat istri saya menjawab salamnya ia langsung berujar dengan senyum mengembang.
"Saya setuju menjadi pengasuh Nauzan. Saya telah mendapat restu dari suami saya". Sebuah jawaban yang ditunggu-tunggu istri saya akhirnya keluar dari mulut istri tukang ojek itu. Istri saya tidak kalah gembiranya. Matanya sempat berbinar seolah beban berat di pundaknya baru saja terangkat semuanya.
Mencari pengasuh anak infal memang tidak mudah. Butuh kesabaran dan kehati-hatian. Keputusan yang diambil harus dipikirkan matang-matang. Jangan sampai membawa petaka bagi anak-anak kita. Sebab tidak sedikit pengasuh anak yang tidak bertanggung jawab. Saya bersyukur menemukan pengasuh Nauzan yang sarat dengan pengalaman mengasuh anak. Selain ia mengasuh anak laiki-lakinya yang berusia lima tahun, ia juga pernah mengasuh anak majikannya di Makassar selama tiga tahun. Berlanjut dua tahun di Kalimantan. Terlihat jelas ia memang sangat profesional. Ia pandai memandikan, memakaikan baju, memberi makanan dan menidurkan anak. Gerakan tangannya tidak kaku, luwes dan lembut. Nauzan nampak nyaman berada di dekatnya. Bonus berikutnya yang kami peroleh, anaknya yang bernama Fresty menjadi teman bermain anak Rais saat kakak-kakaknya masih berada di sekolah.
Model (dari kiri ke kanan): Lunar, Rais dan Nilam |
Kini, saya dan istri dapat berangkat ke kantor dengan nyaman tanpa khawatir dengan keadaan Nauzan di rumah. Selama kami bekerja, rumah tidak harus kosong karena anak-anak tetap ada di rumah. Tentu ditemani pengasuh Nauzan. Mereka masih dapat bermain di rumah sepuasnya tanpa harus ikut ke kantor. Mereka hanya perlu beradaptasi dengan pengasuh Nauzan.
Kepada anak-anakku, janganlah nakal di rumah. Doakan papa dan mama sehat selalu dalam bekerja.
Kepada anak-anakku, janganlah nakal di rumah. Doakan papa dan mama sehat selalu dalam bekerja.
Sernaru-Labuan Bajo, 27 Maret 2017