Monday, September 23, 2019

Selaksa doa untuk Nauzan Semesta

Hari ini. Tepat tiga tahun yang lalu. Anak keempatku. Mungkin juga ini anak bungsuku. Lahir ke planet ini. Berjenis kelamin laki-laki. Berbeda dengan ketiga kakaknya yang lahir malam hari. Dia pertama kali melihat dunia persis di jeda adzan dzuhur dan iqamat. Suaranya lantang. Meskipun itu sebangsa tangisan. Tumbuh sehat dan pintar. Makin kesini wajahnya semakin mirip denganku. Minimal itu kata isteriku. Atau mamanya juga.

Nauzan dan kenakalannya
Hari ini dia berulang tahun. Disyukuri tapi tak perlu dirayakan. Dia belum mengerti penuh. Makna pertambahan usia. Tak ada permintaan khusus apalagi istimewa. Baju polisi yang dimintanya tempo hari. Belum juga saya penuhi. Sesekali dia merajut. Tapi sebentar-sebentar dia lupa lagi.

Sudah lama saya tidak membelikannya mainan. Meski jarang sekali dia memintanya. Saat kami ke swalayan. Dia melihat robot mainan di sudut ruangan. Tidak beranjak dari situ. Matanya tertuju ke mainan yang dapat berubah menjadi mobil. Tanpa babibu, saya langsung membawa robot mainan berwarna kuning ke meja kasir. Membayarnya lunas. Nampak senyum merekah di bibirnya. Mainan merekat lekat di tangannya.

Nauzan bergaya bersama Anggota Polisi
Di usianya yang tiga tahun persis hari ini. Dia semakin lincah. Energik berlari ke sana ke mari. Bicaranya sudah mudah dipahami. Bertanya ini-itu kepada seluruh penghuni rumah. Termasuk kepada Betty, kucing kampung kesayangannya. Bukan laki-laki kalau tidak nakal. Sepertinya dia tahu. Malu pada rambutnya yang panjang nan keriting.

Nauzan waktu masih kecil
 Hari ini dia mengulang tanggal kelahirannya. Selaksa doa kupanjatkan tinggi-tinggi kepada Tuhan. Doa yang juga dilambungkan oleh Sang suri tauladan dan para sholihin. Agar dia kelak selalu diberi kesehatan dan umur panjang. Menjadi anak yang sholeh. Pejuang agama sejati. Anak yang berguna dan senantiasa menjadi penyejuk mata orang tuanya. Aamiin..

Labuan Bajo, 18 September 2019