Semula saya tidak pernah
tertarik membaca buku insiratif, buku tips sukses dan buku psikologi pupuler. Bagi
saya membaca buku semacam itu sungguh membosankan. Saya tidak pernah merasakan
“kenikmatan” saat membaca buku-buku tersebut. Beda halnya dengan membaca buku non
fiksi bertema lainnya seperti ekonomi, politik, sosial maupun agama, saya masih
dapat menikmatinya. Untuk urusan membaca buku, saya paling suka membaca buku
fiksi seperti novel dan komik. Sehingga wajar saja dari sekian banyak koleksi
buku yang saya miliki, yang paling banyak memenuhi rak buku saya justeru novel
dan komik. Kemudian disusul buku bertema agama, ekonomi, dan politik. Satu-satunya
buku psikologi yang saya miliki adalah buku “tes psikologi”. Buku ini sengaja
saya beli beberapa saat setelah diwisuda. Buku ini berisi kisi-kisi dan tips
menghadapi tes psikologi dan tes wawancara saat akan melamar kerja di
perusahaan.
***
Beberapa hari yang lalu,
saya mendapat undangan dari seorang sahabat untuk menghadiri pembukaan seminar
parenting dengan tema “Menjadi Orang Tua Efektif: Mengasuh Anak Sesuai dengan
Potensi Genetiknya”. Seminar yang dibawakan oleh Dr. Asriana Kibtiyah, S.Psi,M.Si. Seorang psikolog pendidikan yang sudah malah melintang di kancah
permotivasian. Jujur saja, awalnya saya memutuskan untuk menghadiri acara pembukaan
ini bukan karena terkesima dengan narasumbernya yang bergelar "Doktor" namun
karena semata-mata ingin menghargai undangan sahabat saya ini yang kebetulan bertindak
sebagai Ketua Panitia kegiatan seminar.
|
Undangan Seminar |
Meski acara pembukaan tidak
sempat dihadiri oleh Bupati Manggarai Barat –hanya diwakilkan oleh Camat
Komodo- undangan yang terdiri dari tokoh agama dan tokoh masyarakat cukup
banyak yang hadir, menunjukkan mereka begitu antusias mengikuti acara pembukaan
seminar ini. Di tengah acara berlangsung, narasumber seminar yang biasa akrab
disapa Bunda Ana ini membagikan cenderamata secara simbolis kepada beberapa
orang yang telah dipiih khusus oleh Panitia berupa buku karya terbaru dari sang
bunda berjudul “Menjadi Orang Tua”.
|
Camat Komodo Membuka Seminar Parenting |
Melihat cover buku dengan desain menarik, sedikit membuat saya terpikat.
Saya betul-betul merasa penasaran terhadap isi buku tersebut saat ekor mata
saya tidak sengaja membaca sub judul buku yang sedang dipegang oleh seorang
bapak yang barusan menerima buku tersebut di atas panggung. Di sana tertulis
kalimat inspiratif “Tidak Ada Kesempatan Kedua dalam Mengasuh Anak”. Sebuah
kalimat pembangun jiwa yang membuat saya mantap harus bisa segera memiliki buku
itu. Untuk sementara saya melupakan adagium “jangan melihat buku dari
sampulnya”.
Di akhir acara pembukaan
seminar, saya menyempatkan diri membeli buku tersebut dengan harga yang relatif
murah. Saya tidak pernah merasa rugi membeli sebuah buku sepanjang buku
tersebut berkualitas. Di tahap ini, saya ingin segera larut membacanya,
menyelami isinya, menimba ilmu yang ada di dalamnya dan menerapkan maknanya
dalam kehidupan keluarga kecil saya.
|
Buku Karya Bunda Ana |
Buku itu tidak terlalu tebal
sehingga terkesan tidak menjemukan ketika memulai membacanya. Membaca sekilas
buku ini kelihatan menarik. Betul saja, dalam mukaddimah, kurang lebih dua
puluh halaman berisi testimoni 24 orang yang memberi apresiasi pada buku ini.
Setelah larut membaca beberapa halaman pertama, saya lantas bisa mengambil
kesimpulan bahwa materi buku ini terbilang ringan. Mudah dicerna dan dipahami
karena Bunda Ana sengaja menggunakan bahasa sederhana untuk memudahkan proses
transfer pengetahuan kepada para orang tua yang memiliki latar belakang
pendidikan yang berbeda.
Buku ini tidak sekadar
berisi teori yang lahir dari sebuah hipotesa bagaimana mengasuh anak yang baik tetapi
juga berangkat dari fakta dan pengalaman nyata Bunda Ana dalam mengasuh ketiga
anaknya. Di sini Bunda Ana tidak hanya “omdo” (omong doang) tetapi menawarkan
solusi mengasuh anak yang efektif dengan mengkombinasikan aspek teoritis dengan
pengalaman pribadi hasil pendekatan interaksi intensif dengan ketiga anaknya
sekaligus dengan lingkungannya.
Saya membaca
buku ini hingga tuntas selama tiga hari. Terlalu lama untuk ukuran buku berhalaman kurang
lebih 200 halaman. Apalagi besar huruf yang digunakan relatif besar. Belum lagi
pada setiap bab disisipkan motto dari beberapa tokoh dunia terkenal yang
dicetak dengan huruf cukup besar pula. Saya biasanya mampu melahap membaca novel
setebal kitab suci dalam tempo dua hari. Itupun tidak terus-menerus bergumul
dengan novel tersebut dari pagi hingga malam hari. Bahkan saya sering
mengkhatam habis satu buah novel tebal dalam perjalanan udara dari Kupang-Labuan
Bajo, atau sebaliknya yang hanya ditempuh waktu kurang lebih dua jam.
Waktu membaca buku Bunda Ana
terbilang lama karena dalam setiap bab saya perlu merefleksikan kembali apa
yang saya baca dan saya pahami terkait metode pengasuhan anak yang efektif
dengan metode yang selama ini saya dan isteri saya terapkan dalam mengasuh anak
kami. Untuk beberapa kasus, sebagai orang tua kami merasa metode
pengasuhan anak yang selama ini kami terapkan sepertinya keliru.
|
Bunda Ana menyampaikan Materi Parenting |
Anak adalah mutiara titipan
Tuhan, sebagai anugerah sekaligus amanah. Oleh karenanya orang tua bertanggung
jawab untuk memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya, agar mereka
dapat tumbuh menjadi anak yang sehat, baik jasmani maupun rohani serta kelak
menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, berguna bagi diri sendiri dan sesama.
Peran yang dijalankan orang tua ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh
Sang Pemberi Hidup.
Benar kata Bunda Ana, yang
telah mengutip pendapat Virginia Satir, seorang penulis dan psikoteraphis dari
Amerika yang dikenal luas sebagai “Ibu dari Terapi Keluarga” bahwa mengasuh
anak bukanlah tugas yang mudah bahkan dapat dikatakan pekerjaan paling rumit.
Setiap orang tua mungkin merasa telah melakukan yang terbaik demi anaknya, namun
terkadang hasilnya berujung kurang bahagia –kalau tidak mau dikatakan tidak
bahagia-.
Untuk itu menjadi penting bagi
orang tua untuk mengenal potensi anak, kemudian diasah dan dikembangkan dengan
benar, maka keberhasilan sekaligus kebahagiaan hidup anak adalah sebuah
keniscayaan. Mengasuh anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya akan membuat
anak menjalani kehidupan dengan suka cita, sebaliknya orang tua merasa nyaman
dan tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang tua idaman keluarga.
Potensi yang dimiliki anak
layaknya sebuah pisau. Kelebihan berada pada sisi pisau yang tajam, sebaliknya
kekurangan anak adalah sisi pisau yang tumpul dan mengarah ke atas. Orang tua
harus cermat melihat kelebihan dan kekurangan anaknya. Kelebihan anak semestinya
akan selalu diasah dan ditumbuhkembangkan hingga menjadi kekuatan anak. Sebaliknya
kekurangan yang ada pada diri anak tidak
lantas membuat anak menjadi apatis, introver
dan eksklusif.
Pola pengasuhan yang tidak mendikte
anak untuk menjadi seseorang menurut kemauan orang tua atau sekadar mengikuti
tren yang sedang berlangsung. Tidak juga menambah beban anak untuk menutupi
kegagalan orang tua pada masa lalu. Di sini peran orang tua harus mampu berlaku
adil. Memposisikan anak sesuai masanya karena setiap generasi memang memiliki
masa dan tantangannya sendiri. Saya menggarisbawahi dengan dua garis bawah kalimat inspiratif dalam buku Bunda Ana “orang tua pernah menjadi anak-anak sedangkan
anak-anak belum pernah menjadi orang tua, sehingga orang tualah yang harus
menyesuaikan dengan kehidupan anak-anak”.
Di bagian lain buku ini,
Bunda Ana mengulas dengan runtut bagaimana berlaku sebagai orang tua yang
bijak. Sebab seluruh tutur kata, sikap dan perbuatan orang tua akan menjadi
teladan bagi anak-anaknya. Pada tahap ini, wajar ada ungkapan yang mengatakan
bahwa anak adalah cerminan orang tua. Orang tua dituntut harus pandai menjadi
teman sekaligus sahabat bagi anak-anaknya. Keterbukaan menjadi kata kunci di
tengah komunikasi yang terbangun antara orang tua dan anak. Komunikasi yang
disampaikan dengan jujur dan dituturkan dengan bahasa yang halus dan sopan
diyakini akan memperkuat ikatan bathin antar keduanya.
Buku karya Bunda Ana, merupakan
satu dari sekian buku psikologi popular cara mengasuh anak yang tersebar banyak
di toko buku, selayaknya menjadi koleksi berharga bagi orang tua, baik yang
telah lama berumah tangga, belum lama maupun yang akan berumah tangga. Karena
dalam buku tersurat dan tersirat bagaimana memperlakukan anak agar anak tidak
saja menjadi perhiasan tetapi juga penyejuk mata dan penenang jiwa orang
tuanya.
Sebagai orang tua dari empat
orang anak yang masih kecil, saya merasa buku Bunda Ana ibarat peta yang sangat
membantu saya dalam menuntun biduk rumah tangga khususnya dalam hal mengasuh
anak, bergerak ke arah mana nantinya. Belum terlambat kiranya apabila arah yang
saya tuju kini meleset dari sasaran untuk selanjutnya memutar kemudi berbalik
haluan. Sebab jauh di lubuk hati yang paling dalam saya berharap agar keempat
anak saya dapat menjadi penyejuk
hati dan pembawa kebahagiaan bagi kedua orang tuanya baik di dunia maupun di
akhirat. Amiin
Terakhir, saya sedikit memberi
saran kepada Bunda Ana agar pada edisi berikutnya buku ini disempurnakan lagi
karena ada hal yang sifatnya memang bukan prinsipil namun sangat mengganggu saya
sebagai pembaca dalam membaca. Maaf, terkesan banyak penggunaan tanda baca dan
penulisan huruf yang salah yang sepertinya luput dari mata editor. Sukses selalu Bunda..Terima kasih..
Labuan Bajo, 18 April
2017