Tak bisa dipungkiri, setiap orang tua sangat menyayangi anak-anaknya. Segala daya upaya rela dilakukan demi memberikan sesuatu yang terbaik kepada buah hatinya. Tanpa bermaksud menyepelekan peran seorang bapak, kehadiran seorang ibu menjadi sangat berarti bagi kehidupan anak-anaknya.
***
Masih gulita, Ibu itu telah bangun dari tidurnya. Ia memang terbiasa bangun mendahului kokok ayam jantan di pagi buta. Ia terjaga dari tidur lelapnya jauh sebelum muadzin mengumandangkan adzan shubuh. Anehnya, tanpa alarm pengingat waktu, kesadarannya sepertinya sudah tersistem otomatis untuk memaksanya bangun di sekitar jam setengah empat dini hari. Tak pernah meleset, setiap hari, selalu begitu, dan entah kapan akan diakhirinya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan ia melakukan semua itu. Ia memang sengaja bangun secepat itu karena ingin segera membuat penganan untuk dapat dijual di pagi hari. Maklum, jenis penganan yang dibuatnya setiap hari beraneka ragam, meskipun masih seputar kue-kue tradisional. Cara membuatnya lumayan menyita waktu sehingga harus pandai-pandai mengatur waktu agar dapat selesai tepat waktu. Kue buatannya ada yang berbentuk lonjong, bulat, persegi panjang dan berlubang. Ada yang dibungkus daun pisang, dilumuri gula merah, dan ditaburi wijen. Ada yang digoreng, dikukus bahkan dibakar atau dipanggang. Pekerjaannya tidak berhenti sampai semua kue buatannya matang. Setelah menunaikan sholat shubuh, ditatanya kembali semua kue berdasarkan jenis dan bentuknya dalam beberapa wadah khusus untuk selanjutnya dijual di emperan toko pinggir jalan raya. Berharap orang-orang yang lewat sudi membeli dagangannya. Terkadang kue-kue dagangannya laris manis dan ludes terjual persis ketika matahari baru keluar dari peraduannya. Namun, tidak jarang juga kue-kue dagangannya masih tersisa. Kalau sudah begitu untuk mengurangi resiko kerugian yang lebih banyak, dijualnya kue-kue yang belum laku tersebut di pasar atau di tempat-tempat orang ramai berkumpul. Bentuk kerja kerasnya tanpa mengenal waktu, setiap hari minggu pagi ia terlihat pula berjualan di depan gereja. Kali ini target penjualannya adalah orang-orang yang baru selesai beribadat. Semua proses ini dikerjakan sendiri dengan sangat tekun dan tak pernah sekalipun terbersit keluhan dari mulutnya, meskipun kalau diamati rona wajahnya dengan seksama, nampak sangat jelas terpancar kalau ia begitu sangat lelah.
***
Ibu ini tak pernah malu berjualan di pinggir jalan ataupun di depan gereja. Semangatnya tak pernah surut menantang matahari yang menyengat, deru debu jalanan dan hujan yang deras. Apa yang dilakukan selama tidak merugikan orang lain, maka ia akan setia melakukannya dan yang terpenting baginya pekerjaan sebagai penjual kue merupakan pekerjaan yang halal. Lebih baik dari sekedar meminta dan mengharap belas kasihan dari orang lain. Sebuah prinsip hidup yang patut diwariskan kepada anak-anaknya.
***
Semula apa yang dilakukannya ini semata-mata ingin membantu meringankan beban keluarga, namun setelah sang suami tidak lagi memiliki penghasilan tetap, niat awal berubah menjadi lebih berat karena harus menjadi tulang punggung dalam menafkahi hidup keluarga termasuk mengejar mimpinya melihat anak-anaknya sukses di kemudian hari.
Memang usianya tidak lagi muda namun melihat raut wajah dan kondisi fisiknya saat ini sepertinya usianya jauh lebih tua dibanding usia sesungguhnya kini.
Kesibukan maha beratnya menafikkan waktunya untuk sedikit bersolek. Sudah sangat jarang ia menggunakan make up. Terakhir ia merias wajahnya lebaran idul adha tahun lalu. Itu artinya sudah hampir satu tahun berlalu. Sehari-hari sapuan bedak di wajahnya telah berganti menjadi asap yang keluar dari kompor minyak tanah yang menyala, lipstik telah berganti dengan debu jalanan, lotionnya adalah terik matahari langsung. Badannya semakin kurus pertanda kalau makan dan gizi baginya adalah urusan berikut. Tubuhnya mulai ringkih memberi kesan kalau ia harus banyak istirahat. Semua ini sengaja ia lakukan demi membahagiakan keluarga termasuk menyekolahkan keenam anak-anaknya sampai ke jenjang setinggi mungkin.
***
Dengan untaian doa yang tak pernah putus kepada Sang Pemberi Rezeki, perlahan-lahan jerih payahnya membuahkan hasil. Satu persatu anaknya dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi hingga selesai. Bahkan tiga dari lima anaknya yang diwisuda telah memperoleh pekerjaan yang dapat dikatakan cukup mapan. Sedangkan dua anak lainnya telah pula memiliki pekerjaan meskipun tidak tetap, setidaknya penghasilan yang diperoleh keduanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga tidak lagi membebani orang tua.
Anaknya yang bungsu, baru menyelesaikan sekolah tingkat atas dan sebentar lagi akan masuk kuliah. Tapi itu bukan alasan yang patut sampai dia masih harus banting tulang dalam bekerja. Anak-anaknya yang telah bekerja sebenarnya sanggup membiayai adiknya meneruskan sekolah hingga ke bangku kuliah namun ibu itu beralasan bahwa ia tidak ingin perlakuan kepada anak-anaknya berbeda satu dengan yang lainnya, termasuk dalam hal membiayai uang kuliah. Baginya silahkan anak-anaknya saling mendukung satu sama lain dalam mencapai kesuksesan. Yang terpenting baginya ia masih memiliki kesempatan untuk memberikan kebahagiaan yang adil kepada seluruh anaknya.
***
Tanggung jawab seorang ibu kepada anaknya sungguh luar biasa sehingga mustahil seorang anak dapat membalas jasa ibunya sampai kapanpun. Ibu adalah sosok yang tak pernah menunjukkan rasa sedihnya ketika menderita. Ia tetap menebar senyum dan semangat dikala menghadapi masalah dalam hidup dan justru menangis ketika dirinya dirundung bahagia, terutama bahagia saat melihat anaknya sukses dan berhasil.
Menjadi seorang anak memiliki kewajiban untuk menghormati ibunya. Kedudukannya lebih tinggi bahkan tiga kali sebelum bapak.
Untuk itu, apapun profesi ibu tetaplah bangga menjadi anaknya sekaligus berbuat sesuatu yang berkesan yang membuatnya bangga menjadi seorang ibu. Sebaliknya janganlah melukai hatinya dengan prilaku durhaka kepadanya. Sebab sakit yang dirasakan saat ia melahirkan kita belumlah seberapa dengan goresan luka akibat prilaku dosa dan durhaka kepadanya. Kawan, teruslah berdoa kepada Tuhan semoga DIA senantiasa menyayangi dan mengasihi orang tua (ibu) kita sebagaimana mereka menyayangi dan mengasihi kita sewaktu kecil. Amin...
Menjelang tidur, 28 Mei 2016