Wednesday, September 16, 2015

Super Rais

Memiliki seorang anak hyper aktif apalagi berjenis kelamin laki-laki menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dalam mengasuhya. Setidaknya itu yang aku rasakan kala mengikuti tumbuh kembang anak bungsuku Rais Bumi dari waktu ke waktu. Usianya kini menginjak 2,5 tahun. Bicaranya masih belum jelas meskipun dapat dipahami maksudnya, tapi gerakan tubuhnya terlalu lincah untuk anak seusia itu. Bayangkan, ia sudah bisa memanjat teralis jendela, pagar rumah dan pohon kersen yang tumbuh tidak terlalu tinggi di halaman rumah. Bukan itu saja, ia sudah mampu melompat turun dari atas ranjang, jumpalitan dari atas sofa. Ia bahkan sering kularang melakukan roll depan di atas kasur. Aku tidak tahu ia meniru seluruh adegan ini darimana? Padahal setiap kali menonton TV aku selalu memilihkan tayangan khusus anak-anak kepadanya terutama film kartun yang lebih banyak memasukkan konten positif pada daya nalar anak. Tayangan yang menyuguhkan gambar dan suara yang memacu syaraf motorik bergerak serta melatih fungsi syaraf otak anak berpikir. 
Anak hyper aktif tidak identik dengan nakal. Anak hyper aktif memiliki rasa ingin tahu yang lebih pada sesuatu. Ia sulit diam dan terus bergerak mencoba segala hal dengan rasa penasaran yang tinggi. 
Begitupun dengan anakku Rais Bumi, hampir setiap pekerjaan rumah yang aku lakukan ia selalu datang membantu meskipun sebenarnya ia hanya datang mengganggu. Suatu ketika aku sibuk memperbaiki bale-bale yang rusak dan dibiarkan begitu saja disamping rumah, ia datang dan mengambil gergaji kemudian menggergaji bilah bambu yang ada. Melihat aku memukul paku-paku di kayu, ia juga terlihat mengambil batu kemudian memaku paku ke tanah. Saat aku memperbaiki sepeda Lunar-anak sulungku, ia tidak mau kalah mengambil obeng kemudian menyentuhkannya pada sekrup-sekrup yang ada. Saat aku mengganti baterai jam dinding yang sudah mati, tiba-tiba saja ia membuka mainan robotnya dan mengambil baterainya dan menyerahkannya kepadaku. Saat aku sedang sibuk menatap layar monitor laptopku, ia dengan entengnya menggerakkan mouse dan memencet keyboard dengan sepuluh jari mungilnya. Kalau sudah demikian, akulah yang mengalah, menghentikan segala aktivitasku hanya ingin memberi kesempatan kepadanya. Mungkin ia berpikir, kalau aku sebaiknya istirahat saja dahulu dan biarkan ia yang seolah-olah menyelesaikannya. Mendapat angin segar geraknya semakin lincah, mencoba memasang sesuatu, melepasnya kembali bahkan membongkar barang yang ada didepannya hingga tak lagi berbentuk semula. Remot tv yang katanya diperbaiki justru tombol karetnya rontok, lampunya copot dan baterainya terhambur keluar. Korban malprakteknya berlanjut pada HP ibunya. Dengan alasan mau melihat gambar fotonya, ia kembali beraksi dengan mengutak-atik program yang terinstal di dalamnya. Sebagian file penting hilang, entah terhapus atau pindah ke folder lainnya.
Setiap hari, ada saja tingkahnya di luar dugaan. Ia kini mahir naik turun dari sepeda motor yang terparkir.Bila sudah di atas sepeda motor, ia bergaya bak seorang pembalap liar. Tiarap di sadel dan kedua tangannya seolah-olah menggeber gas. Suara knalpot motor berasal dari kedua bibir yang tertutup rapat namun dipaksa terbuka perlahan akibat kencangnya udara yang berhembus. Beruntung setiap aksi nekatnya belum sampai membuatnya cedera fatal. Meskipun demikian, lecet sedikit, tergores, terjatuh bahkan luka kecil menjadi tantangan sendiri buatnya. Rais Bumi hanya seorang anak yang lincah dan diselimuti rasa penasaran yang tinggi pada segala hal. Teruslah tumbuh Sang Pemimpin Masa Depan !