Lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SD, SMP dan SMA tahun 2018 di Padang Provinsi Sumatera Barat resmi ditutup. Satu persatu kontingen dari masing-masing provinsi meninggalkan ranah Minang. Macam-macam perasaan berkecamuk. Ada yang pulang dengan dada ditegakkan karena berhasil menyabet medali. Ada pula yang tetap berjalan dengan kepala tegak meski medali tidak berhasil dibawa pulang. Pun dengan kontingen dari Provinsi NTT yang tetap bangga meski hanya berhasil membawa pulang satu buah medali perunggu yang dipersembahkan oleh peserta OSN tingkat SMA mata pelajaran fisika. Sedangkan peserta lainnya dari Provinsi NTT termasuk Lunar gagal mempersembahkan medali. Sebuah hasil maksimal yang patut diterima dan disyukuri.
***
Lomba OSN digelar selama dua hari berturut-turut. Saat ini saya hanya fokus mengurai jalannya lomba OSN tingkat SD khususnya mata pelajaran Matematika. Hari pertama masing-masing peserta mengerjakan dua type soal yang berbeda isian singkat dan isian disertai langkah-langkah penyelesaian. Sedangkan hari kedua, type soal berbeda lagi yakni eksplorasi. Ketiga type soal ini memiliki persamaan, di antaranya semua soal berbentuk isian tanpa ada satupun berbentuk pilihan ganda, durasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal masing-masing 90 menit dan setiap type memiliki soal menggunakan bahasa Inggris. Sampai di sini, kita sudah dapat membayangkan betapa sulitnya soal-soal OSN itu.
Sebagai orang tua sekaligus guru privat dadakan Lunar di rumah, saya pun mengakui bahwa soal-soal OSN memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Sebagian besar soal yang ditanyakan, bukanlah jenis soal matematika umum sebagaimana yang diajarkan di dalam kelas. Saya bahkan menyangsikan anak SMP bahkan SMA dapat menyelesaikan soal tersebut dengan mudah. Tidak jarang soal yang ditanyakan mirip soal matematika saat seleksi CPNS. Sebagai seorang yang bukan memiliki latar belakang pendidikan matematika, saya harus jujur mengatakan bahwa bobot soal yang ditanyakan sontak membuat saya mengernyitkan dahi. Dari awal sampai akhir tak ada yang mudah. Semuanya memerlukan pisau analisis yang lebih tajam. Tidak mudah untuk dipahami dengan hanya membacanya satu kali. Untuk lebih memahami maksud setiap soal, saya sampai mencoba menelaahnya berulang-ulang. Mengerti maksudnya saja sudah menyita waktu yang banyak apalagi mengerjakannya. Durasi waktu yang disediakan sepertinya tidak seimbang dengan banyaknya soal yang harus dikerjakan seturut tingkat kesulitan yang tiada tara.
Berdasarkan video yang ditayangkan panitia pada saat malam keakraban pasca lomba, selama lomba berlangsung, sebagian besar tampang peserta tidak menunjukkan wajah ceria. Nampak tegang dan terlihat sedikit stres. Berbagai tingkah lugu mereka dalam menghilangkan kebosanan masing-masing ditunjukkan dengan cara yang berbeda. Seorang anak laki-laki berkaca mata tebal terlihat sedang mengucek-ngucek matanya yang sipit. Seorang lainnya, anak bertubuh agak tambun terlihat sedang menguap lebar. Seorang anak perempuan terlihat sedang asyik meniup-niup poni yang sering menghalangi matanya. Dalam tayangan beberapa kali tertangkap kamera, peserta lomba sedang bertopang dagu sambil menggigit ujung pulpen. Bagaimana dengan Lunar?Ahh..sayang sekali, Lunar hanya tampil di layar pada momen dia bersama teman-temannya berdiri di lapangan sekolah saat menanti lomba dimulai.
Pasca lomba saya mencoba menanyakan Lunar perasaannya menghadapi soal-soal OSN. Dia terlihat lesu, tak ada senyum mengembang di bibir mungilnya. Saya sangat hapal dengan situasinya seperti ini. Saya merangkul Lunar erat-erat dan berbisik lirih padanya. "Tidak apa-apa, yang penting kamu sudah mencobanya. Benar salah itu urusan nanti".